Jumat, 29 Januari 2016

Berikut ini postingan menarik yang bisa
menginspirasi kita semua untuk selalu bekerja
keras dengan hati untuk menjadikan bangsa ini
menjadi lebih baik. Sekedar share. Oh ya artikel ini
saya dapat dari milis tangandiatas, yang kemudian
saya pos ke website untuk berbagi dan mengisnpirasi kita semua.
Source : http://brosurkilat.com/ Kunjungan BJ Habibie ke Kantor Manajemen
Garuda Indonesia
Garuda City Complex, Bandara Soekarno-Hatta 12 Januari 2012 Pada usianya 74 tahun, mantan Presiden RI, BJ
Habibie secara mendadak mengunjungi fasilitas
Garuda Indonesia didampingi oleh putra sulung,
Ilham Habibie dan keponakannya(?), Adri Subono,
juragan Java Musikindo. Kunjungan beliau dan rombongan disambut oleh
President & CEO, Bapak Emirsyah Satar disertai
seluruh Direksi dan para VP serta Area Manager
yang sedang berada di Jakarta. Dalam kunjungan ini, diputar video mengenai
Garuda Indonesia Experience dan presentasi
perjalanan kinerja Garuda Indonesia sejak tahun
2005 hingga tahun 2015 menuju Quantum Leap. Sebagai “balasan” pak Habibie memutarkan video
tentang penerbangan perdana N250 di landasan
bandara Husein Sastranegara, IPTN Bandung tahun
1995 (tujuh belas tahun yang lalu!). Entah, apa pasalnya dengan memutar video ini? Video N250 bernama Gatotkaca terlihat roll-out
kemudian tinggal landas secara mulus di- escort oleh satu pesawat latih dan sebuah pesawat
N235. Pesawat N250 jenis Turboprop dan teknologi
glass cockpit dengan kapasitas 50 penumpang
terus mengudara di angkasa Bandung. Dalam video tsb, tampak para hadirin yang
menyaksikan di pelataran parkir, antara lain
Presiden RI Bapak Soeharto dan ibu, Wapres RI
bapak Soedarmono, para Menteri dan para pejabat
teras Indonesia serta para teknisi IPTN. Semua
bertepuk tangan dan mengumbar senyum kebanggaan atas keberhasilan kinerja N250. Bapak
Presiden kemudian berbincang melalui radio
komunikasi dengan pilot N250 yang di udara,
terlihat pak Habibie mencoba mendekatkan
telinganya di headset yang dipergunakan oleh
Presiden Soeharto karena ingin ikut mendengar dengan pilot N250. N250 sang Gatotkaca kembali pangkalan setelah
melakukan pendaratan mulus di landasan.................. Di hadapan kami, BJ Habibie yang berusia 74 tahun
menyampaikan cerita yang lebih kurang sbb: “Dik, anda tahu..............saya ini lulus SMA tahun
1954!” beliau membuka pembicaraan dengan
gayanya yang khas penuh semangat dan
memanggil semua hadirin dengan kata “Dik”
kemudian secara lancar beliau
melanjutkan.................“Presiden Soekarno, Bapak Proklamator RI, orator paling unggul, .......itu
sebenarnya memiliki visi yang luar biasa cemerlang!
Ia adalah Penyambung Lidah Rakyat! Ia tahu persis
sebagai Insinyur.........Indonesia dengan geografis
ribuan pulau, memerlukan penguasaan Teknologi
yang berwawasan nasional yakni Teknologi Maritim dan Teknologi Dirgantara. Kala itu, tak ada ITB dan
tak ada UI. Para pelajar SMA unggulan berbondong-
bondong disekolahkan oleh Presiden Soekarno ke
luar negeri untuk menimba ilmu teknologi Maritim
dan teknologi dirgantara. Saya adalah rombongan
kedua diantara ratusan pelajar SMA yang secara khusus dikirim ke berbagai negara. Pendidikan
kami di luar negeri itu bukan pendidikan kursus
kilat tapi sekolah bertahun-tahun sambil bekerja
praktek. Sejak awal saya hanya tertarik dengan
‘how to build commercial aircraft’ bagi Indonesia.
Jadi sebenarnya Pak Soeharto, Presiden RI kedua hanya melanjutkan saja program itu, beliau juga
bukan pencetus ide penerapan ‘teknologi’
berwawasan nasional di Indonesia. Lantas kita
bangun perusahaan-perusahaan strategis, ada PT
PAL dan salah satunya adalah IPTN. Sekarang Dik,............anda semua lihat
sendiri..............N250 itu bukan pesawat asal-asalan
dibikin! Pesawat itu sudah terbang tanpa
mengalami ‘Dutch Roll’ (istilah penerbangan untuk
pesawat yang ‘oleng’) berlebihan, tenologi pesawat
itu sangat canggih dan dipersiapkan untuk 30 tahun kedepan, diperlukan waktu 5 tahun untuk
melengkapi desain awal, satu-satunya pesawat
turboprop di dunia yang mempergunakan
teknologi ‘Fly by Wire’ bahkan sampai hari ini.
Rakyat dan negara kita ini membutuhkan itu!
Pesawat itu sudah terbang 900 jam (saya lupa persisnya 900 atau 1900 jam) dan selangkah lagi
masuk program sertifikasi FAA. IPTN membangun
khusus pabrik pesawat N250 di Amerika dan Eropa
untuk pasar negara-negara itu.Namun, orang
Indonesia selalu saja gemar bersikap sinis dan
mengejek diri sendiri ‘apa mungkin orang Indonesia bikin pesawat terbang?’ Tiba-tiba, Presiden memutuskan agar IPTN ditutup
dan begitu pula dengan industri strategis lainnya. Dik tahu................di dunia ini hanya 3 negara yang
menutup industri strategisnya, satu Jerman karena
trauma dengan Nazi, lalu Cina (?) dan
Indonesia............. Sekarang, semua tenaga ahli teknologi Indonesia
terpaksa diusir dari negeri sendiri dan mereka
bertebaran di berbagai negara, khususnya pabrik
pesawat di Bazil, Canada, Amerika dan
Eropa................ Hati siapa yang tidak sakit menyaksikan itu
semua.....................? Saya bilang ke Presiden, kasih saya uang 500 juta
Dollar dan N250 akan menjadi pesawat yang
terhebat yang mengalahkan ATR, Bombardier,
Dornier, Embraer dll dan kita tak perlu tergantung
dengan negara manapun. Tapi keputusan telah diambil dan para karyawan
IPTN yang berjumlah 16 ribu harus mengais rejeki
di negeri orang dan gilanya lagi kita yang beli
pesawat negara mereka!” Pak Habibie menghela nafas....................... Ini pandangan saya mengenai cerita pak Habibie di
atas; Sekitar tahun 1995, saya ditugaskan oleh Manager
Operasi (JKTOF) kala itu, Capt. Susatyawanto untuk
masuk sebagai salah satu anggota tim Airline
Working Group di IPTN dalam kaitan produksi
pesawat jet sekelas B737 yang dikenal sebagai
N2130 (kapasitas 130 penumpang). Saya bersyukur, akhirnya ditunjuk sebagai Co-Chairman
Preliminary Flight Deck Design N2130 yang
langsung bekerja dibawah kepala proyek N2130
adalah Ilham Habibie. Kala itu N250 sedang uji coba
terus-menerus oleh penerbang test pilot
(almarhum) Erwin. Saya turut mendesain rancang- bangun kokpit N2130 yang serba canggih
berdasarkan pengetahuan teknis saat
menerbangkan McDonnel Douglas MD11. Kokpit
N2130 akan menjadi mirip MD11 dan merupakan
kokpit pesawat pertama di dunia yang
mempergunakan LCD pada panel instrumen (bukan CRT sebagaimana kita lihat sekarang yang ada di
pesawat B737NG). Sebagian besar fungsi tampilan
layar di kokpit juga mempergunakan “track ball
atau touch pad” sebagaimana kita lihat di laptop.
N2130 juga merupakan pesawat jet single aisle
dengan head room yang sangat besar yang memungkinkan penumpang memasuki tempat
duduk tanpa perlu membungkukkan badan. Selain
high speed sub-sonic, N2130 juga sangat efisien
bahan bakar karena mempergunakan winglet, jauh
sebelum winglet dipergunakan di beberapa
pesawat generasi masa kini. Saya juga pernah menguji coba simulator N250
yang masih prototipe pertama................. N2130 narrow body jet engine dan N250 twin
turboprop, keduanya sangat handal dan canggih
kala itu.........bahkan hingga kini. Lamunan saya ini, berkecamuk di dalam kepala
manakala pak Habibie bercerita soal N250, saya
memiliki kekecewaan yang yang sama dengan
beliau, seandainya N2130 benar-benar
lahir.............kita tak perlu susah-susah membeli
B737 atau Airbus 320. ***
Pak Habibie melanjutkan pembicaraannya.................... “Hal yang sama terjadi pada prototipe pesawat jet
twin engines narrow body, itu saya tunjuk Ilham
sebagai Kepala Proyek N2130. Ia bukan karena
anak Habibie, tapi Ilham ini memang sekolah
khusus mengenai manufakturing pesawat terbang,
kalau saya sebenarnya hanya ahli dalam bidang metalurgi pesawat terbang. Kalau saja N2130
diteruskan, kita semua tak perlu tergantung dari
Boeing dan Airbus untuk membangun jembatan
udara di Indonesia”. “Dik, dalam industri apapun kuncinya itu hanya satu
QCD, ? Q itu Quality, Dik, anda harus buat segala
sesuatunya berkualitas tinggi dan konsisten? C itu
Cost, Dik, tekan harga serendah mungkin agar
mampu bersaing dengan produsen sejenis? D itu
Delivery, biasakan semua produksi dan outcome
berkualitas tinggi dengan biaya paling efisien dan disampaikan tepat waktu!Itu saja!” Pak Habibie melanjutkan penjelasan tentang QCD
sbb: “Kalau saya upamakan, Q itu nilainya 1, C nilainya
juga 1 lantas D nilainya 1 pula, jika dijumlah maka
menjadi 3. Tapi cara kerja QCD tidak begitu
Dik.............organisasi itu bekerja saling sinergi
sehingga yang namanya QCD itu bisa menjadi 300
atau 3000 atau bahkan 30.000 sangat tergantung bagaimana anda semua mengerjakannya,
bekerjanya harus pakai hati Dik..................” Tiba-tiba, pak Habibie seperti merenung sejenak
mengingat-ingat sesuatu ........................... “Dik, ..........saya ini memulai segala sesuatunya dari
bawah, sampai saya ditunjuk menjadi Wakil Dirut
perusahaan terkemuka di Jerman dan akhirnya
menjadi Presiden RI, itu semua bukan kejadian tiba-
tiba. Selama 48 tahun saya tidak pernah dipisahkan
dengan Ainun, ...........ibu Ainun istri saya. Ia ikuti kemana saja saya pergi dengan penuh kasih
sayang dan rasa sabar. Dik, kalian barangkali sudah
biasa hidup terpisah dengan istri, you pergi dinas
dan istri di rumah, tapi tidak dengan saya. Gini
ya............saya mau kasih informasi........... Saya ini
baru tahu bahwa ibu Ainun mengidap kanker hanya 3 hari sebelumnya, tak pernah ada tanda-
tanda dan tak pernah ada keluhan keluar dari
ibu........................” Pak Habibie menghela nafas panjang dan tampak
sekali ia sangat emosional serta mengalami luka hati
yang mendalam.............................seisi ruangan hening
dan turut serta larut dalam emosi kepedihan pak
Habibie, apalagi aku tanpa terasa air mata mulai
menggenang. Dengan suara bergetar dan setengah terisak pak
Habibie melanjutkan........................ “Dik, kalian tau.................2 minggu setelah
ditinggalkan ibu............suatu hari, saya pakai piyama
tanpa alas kaki dan berjalan mondar-mandir di
ruang keluarga sendirian sambil memanggil-
manggil nama ibu......... Ainun......... Ainun .................
Ainun ..............saya mencari ibu di semua sudut rumah. Para dokter yang melihat perkembangan saya
sepeninggal ibu berpendapat ‘Habibie bisa mati
dalam waktu 3 bulan jika terus begini..............
mereka bilang ‘Kita (para dokter) harus tolong
Habibie’. Para Dokter dari Jerman dan Indonesia berkumpul
lalu saya diberinya 3 pilihan; 1. Pertama, saya harus dirawat, diberi obat khusus
sampai saya dapat mandiri meneruskan hidup.
Artinya saya ini gila dan harus dirawat di Rumah
Sakit Jiwa!2. Opsi kedua, para dokter akan
mengunjungi saya di rumah, saya harus
berkonsultasi terus-menerus dengan mereka dan saya harus mengkonsumsi obat khusus. Sama saja,
artinya saya sudah gila dan harus diawasi
terus...............3. Opsi ketiga, saya disuruh mereka
untuk menuliskan apa saja mengenai Ainun,
anggaplah saya bercerita dengan Ainun seolah ibu
masih hidup. Saya pilih opsi yang ketiga............................” Tiba-tiba, pak Habibie seperti teringat sesuatu (kita
yang biasa mendengarkan beliau juga pasti
maklum bahwa gaya bicara pak Habibie seperti
meloncat kesana-kemari dan kadang terputus
karena proses berpikir beliau sepertinya lebih cepat
dibandingkan kecepatan berbicara dalam menyampaikan sesuatu) ...................... ia melanjutkan
pembicaraannya; “Dik, hari ini persis 600 hari saya ditinggal
Ainun..............dan hari ini persis 597 hari Garuda
Indonesia menjemput dan memulangkan ibu Ainun
dari Jerman ke tanah air Indonesia............. Saya tidak mau menyampaikan ucapan terima kasih
melalui surat............. saya menunggu hari baik,
berminggu-minggu dan berbulan-bulan untuk
mencari momen yang tepat guna menyampaikan isi
hati saya. Hari ini didampingi anak saya Ilham dan
keponakan saya, Adri maka saya, Habibie atas nama seluruh keluarga besar Habibie
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya,
kalian, Garuda Indonesia telah mengirimkan
sebuah Boeing B747-400 untuk menjemput kami di
Jerman dan memulangkan ibu Ainun ke tanah air
bahkan memakamkannya di Taman Makam Pahlawan. Sungguh suatu kehormatan besar bagi
kami sekeluarga. Sekali lagi, saya mengucapkan
terima kasih atas bantuan Garuda Indonesia” Seluruh hadirin terhenyak dan saya tak kuasa lagi
membendung air mata.............................. Setelah jeda beberapa waktu, pak Habibie
melanjutkan pembicaraannya; “Dik, sebegitu banyak ungkapan isi hati kepada
Ainun, lalu beberapa kerabat menyarankan agar
semua tulisan saya dibukukan saja, dan saya
menyetujui..................... Buku itu sebenarnya bercerita tentang jalinan kasih
antara dua anak manusia. Tak ada unsur kesukuan,
agama, atau ras tertentu. Isi buku ini sangat
universal, dengan muatan budaya nasional
Indonesia. Sekarang buku ini atas permintaan
banyak orang telah diterjemahkan ke beberapa bahasa, antara lain Inggris, Arab, Jepang..... (saya
lupa persisnya, namun pak Habibie menyebut 4
atau 5 bahasa asing).Sayangnya buku ini hanya
dijual di satu toko buku (pak Habibie menyebut
nama satu toko buku besar), sudah dicetak 75.000
eksemplar dan langsung habis. Banyak orang yang ingin membaca buku ini tapi tak tahu dimana
belinya. Beberapa orang di daerah di luar kota
besar di Indonesia juga mengeluhkan dimana bisa
beli buku ini di kota mereka. Dik, asal you tahu............semua uang hasil penjualan
buku ini tak satu rupiahpun untuk memperkaya
Habibie atau keluarga Habibie. Semua uang hasil
penjualan buku ini dimasukkan ke rekening
Yayasan yang dibentuk oleh saya dan ibu Ainun
untuk menyantuni orang cacat, salah satunya adalah para penyandang tuna netra. Kasihan
mereka ini sesungguhnya bisa bekerja dengan
nyaman jika bisa melihat. Saya berikan diskon 30% bagi pembeli buku yang
jumlah besar bahkan saya tambahkan lagi diskon
10% bagi mereka karena saya tahu, mereka
membeli banyak buku pasti untuk dijual kembali ke
yang lain. Sekali lagi, buku ini kisah kasih universal anak
manusia dari sejak tidak punya apa-apa sampai
menjadi Presiden Republik Indonesia dan Ibu
Negara. Isinya sangat inspiratif...................” (pada kesempatan ini pak Habibie meminta sesuatu
dari Garuda Indonesia namun tidak saya tuliskan di
sini mengingat hal ini masalah kedinasan). Saya menuliskan kembali pertemuan pak BJ Habibie
dengan jajaran Garuda Indonesia karena banyak
kisah inspiratif dari obrolan tersebut yang
barangkali berguna bagi siapapun yang tidak
sempat menghadiri pertemuan tsb. Sekaligus
mohon maaf jika ada kekurangan penulisan disana-sini karena tulisan ini disusun berdasarkan
ingatan tanpa catatan maupun rekaman apapun. Jakarta, 12 Januari 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar